Minggu, 28 Juni 2009

Apendisitis

APENDI


APENDISITIS


Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer,
2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana
infeksi terjadi di umbai cacing. Dalamkasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007).



Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu
besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung
kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.
(Anonim, Apendisitis, 2007).



Apendisitis
merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)



Klasifikasi



Klasifikasi apendisitis
terbagi atas 2 yakni : Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis
atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis
purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.



Apendisitis
kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.



Anatomi dan
Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak
berfungsi) yang melekat sepertiga jari. Letak apendiks. Appendiks terletak di
ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia
anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah
Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan
pusat.



Ukuran dan isi
apendiks. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan
bersifat basa mengandung amilase dan musin.



Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di
dinding abdomen. Pelvis minor.



Etiologi



Terjadinya
apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak
sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya
disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer
primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen
apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)



Patofisiologi



Apendiks
terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas
atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam
kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi
pus.



Manifestasi Klinik



Apendisitis
memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri
yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di
perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah
beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah.
Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai
37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini
nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam
bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
(Anonim, Apendisitis, 2007)



Pemeriksaan diagnostik



Untuk menegakkan
diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:
Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian
menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena
kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang
nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa
nyeri.



Pemeriksaan yang lain Lokalisasi. Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,
tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat,
lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan
merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.





Test rektal. Pada
pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon
fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi
lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada
keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada
infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk
menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi
kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid
level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan).
Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.



Penatalaksanaan



Pembedahan
diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan
IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks)
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat
dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara
fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan
tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan
fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode
post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau
khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.



Untuk melengkapi
hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:



Pengkajian

Identitas klien Nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
alamat, dan nomor register. Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang. Keluhan
utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu. Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya
berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan
umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat. Berat badan Sebagai indicator untuk
menentukan pemberian obat. Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi :
Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi
Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya rendah. Data psikologis
Klien nampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan
takut. Penampilan yang tidak tenang.



Diagnosa keperawatan



Resiko
berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal. Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. Nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan



Intervensi keperawatan .



Rencana tujuan
dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah keperawatan.

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah,
ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan
berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan : Mempertahankan keseimbangan
volume cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien
tidak mual dan muntah.



Intervensi : Monitor
tanda-tanda vital. Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang
hypovolemia.



Monitor intake
dan out put dan konsentrasi urine. Rasional : Menurunnya out put dan
konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan
adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.



Beri cairan sedikit
demi sedikit tapi sering. Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.



Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh,
ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat.
Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3
Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda
infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan).



Intervensi : Bersihkan
lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui
prinsip-prinsip pencukuran. Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan
tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih
dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.



Beri obat
pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.

Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat
lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi,
sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.



Anjurkan klien
mandi dengan sempurna. Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar
terhadap timbulnya mikro organisme.



HE tentang pentingnya
kebersihan diri klien. Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja
sama dalam pelaksaan tindakan.



Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai dengan :
Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum
menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut
bagian kanan bawah. Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria :
Pernapasan normal. Sirkulasi normal.



Intervensi : Kaji tingkat
nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor
secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.



Anjurkan
pernapasan dalam. Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara
adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri.



Lakukan gate
control. Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang
saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke
hypothalamus.



Beri analgetik. Rasional
: Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah
mengetahui gejala pasti).



Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.
Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh
rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur. Tujuan : Klien akan memahami manfaat
perawatan post operatif dan pengobatannya.



Intervensi :
Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.

Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan
setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat
tubuh.



Menganjurkan
aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah
operasi.

Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.



Disukusikan
kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan
penyembuhan latihan. Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui
teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.



Nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun Berat
badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri



Intervensi :
Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien Rasional : menganalisa penyebab
melaksanakan intervensi.



Perkirakan /
hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.



Timbang berat
badan sesuai indikasi Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.



Beri makan
sedikit tapi sering Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi
dapat ditingkatkan.



Anjurkan
kebersihan oral sebelum makan Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan



Tawarkan minum
saat makan bila toleran. Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan
gas.



Konsul tetang
kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.

Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.



Memberi makanan
yang bervariasi Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu
makan klien.



Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak kotor
Kulit kepala kotor Klien nampak kotor Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri



Intervensi :
Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci
rambut dan potong kuku klien. Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan
peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.



Ganti pakaian
yang kotor dengan yang bersih. Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan
meningkatkan rasa nyaman



Berikan HE pada
klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal
hygiene.



Berikan pujian
pada klien tentang kebersihannya. nRasional : Agar klien merasa tersanjung dan
lebih kooperatif dalam kebersihan



Bimbing keluarga
/ istri klien memandikan Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan



Bersihkan dan
atur posisi serta tempat tidur klien. Rasional : Klien merasa nyaman dengan
tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.



Implementasi



Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Pada tahap ini
perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara
umum maupun secara khusus pada
klien post apendektomi.
Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen dan dependen. Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua
kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi
yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam
keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.



Evaluasi.



Untuk mengetahui
pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah
klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat
terhidar dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah
klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.





Referensi

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.



Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan
Mesentha Medica, Jakarta.



Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001),
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan Komentar anda